Kamis, 11 Desember 2008

Belajar Transformasi Translasi dengan Bermain Catur

Banyak siswa beranggapan bahwa matematika selalu membosankan. Matematika selalu berbicara tentang angka, angka dan angka. Menghitung, menghitung dan menghitung lagi. Padahal banyak hal yang menarik dari matematika. Mulai dari keajaiban-keajaiban sampai pada permainan-permainan yang menyenangkan.

Pengembangan kreativitas dalam kegiatan belajar-mengajar mutlak diperlukan, tidak hanya sekedar menyampaikan materi, tetapi juga menanamkan pada siswanya bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Tinggal sejauh mana guru mencari dan mengembangkan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas.

Dengan bermain, menghitung dan menghafalkan rumus menjadi hal yang ringan, karena siswa tidak merasa terpaksa untuk menghafalkan dan menghitung. Mereka akan menghafalkan rumus dan menghitung untuk menyelesaikan permainan yang sedang mereka mainkan.

Catur merupakan salah satu permainan yang dapat dijadikan alat peraga dalam pembelajaran matematika, khususnya untuk materi transformasi translasi. Hanya saja papan catur perlu sedikit dimodifikasi, atau bisa juga dibuat sendiri oleh guru agar materi translasi dapat diterapkan pada permainan catur tersebut.

Papan catur yang telah dimodifikasi akan tampak seperti pada gambar berikut:

Apabila papan catur tersebut akan dijadikan alat peraga dengan metode demonstrasi, harus dibuat dalam ukuran yang cukup besar agar dapat terlihat oleh seluruh siswa. Papan catur tersebut dapat dibuat dari bahan styrofoam dengan bidak yang dibuat dari kertas karton dan diberi jarum atau paku, atau dari bahan seng dengan bidak dari kertas karton yang diberi magnet.





Contoh penerapan translasi pada permainan catur:

1. Misalkan sebuah bidak ada pada posisi (6 , 1)
2.
Kemudian digeser ke titik (3 , 4)
3.
Maka translasinya adalah (-3 , 3)








Ilustrasi permainan catur translasi:

  1. Papan catur ditempatkan secara vertikal di depan kelas (di gantungkan di papan tulis) dengan bidak catur yang telah tersusun lengkap.
  2. Siswa dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok putih dan kelompok hitam.
  3. Salah satu siswa dari kelompok putih diminta menjalankan bidak catur putih.
  4. Siswa tersebut menjelaskan cerita dari langkah yang telah dilakukannya. Contoh apabila siswa tersebut menjalankan bidak dari titik (2,2) ke (4,2) maka dia dapat menceritakan ”Raja memerintahkan seorang prajurit untuk menjaga wilayah (4,2)”.
  5. Siswa tersebut kemudian menunjuk salah satu siswa dari kelompok hitam untuk menentukan vektor translasi dari pergeseran bidak putih.
  6. Siswa yang ditunjuk menjawab vektor translasi dari pergeseran bidak putih.
  7. Kelompok hitam mendiskusikan langkah yang akan diambil, kemudian siswa yang ditunjuk sebelumnya menjalankan langkah tersebut dan menjelaskan jalan ceritanya.
  8. Siswa tersebut menunjuk salah satu anggota kelompok putih yang lain untuk menentukan vektor translasi dari bidak hitam dan melanjutkan langkahnya.
  9. Dan seterusnya.















Sabtu, 28 Juni 2008

SMA 2 LULUS 100%

Hasil ujian nasional SMA negeri 2 wonosobo menunjukan adanya peningkatan kelulusan dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini SMA tersebut meluluskan 100% siswanya yang mengikuti UAN. Kelulusan tersebut dapat tercapai berkat kerja keras siswa dan guru dalam persiapan menghadapi UAN tersebut. Diantaranya guru memberikan les tambahan kepada siswa dengan latihan soal-soal tahun sebelumnya. Dan membahas prediksi soal-soal UAN bahkan pihak sekolah juga mengadakan solhat istighosah dan doa bersama untuk menghadapi UAN tersebut.

Meskipun tingkat kelulusan di SMA tersebut memuaskan, para siswa mengaku mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal UAN. Menurut para siswa soal-soal kemarin sangat sulit dan berbeda jauh dengan soal-soal try out yang pernah mereka kerjakan sebelumnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya matematika masih menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi mereka. Menurut Fragant Darmala salah seorang siswa dari SMA itu mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal Turunan penyebab utama mereka sulit mengerjakan soal tersebut karena mereka belum begitu menguasai materi. Sedangkan menurut Imam Fitroni, soal yang dia anggap sulit adalah Trigonometri yaitu tentang limit fungsi trigonometri dan aturan sinus dan cosinus karena harus hafal dan paham rumusnya.

Menurut beberapa siswa yang lain soal yang mereka anggap sulit dikerjakan adalah proyeksi dalam bangun ruang karena susah menggambarkan proyeksi pada bangun tersebut.

UAN kemarin memang menuai beberapa kontroversi karena selain standar kelulusan yang dinaikkan, mata pelajaran yang di ujikan juga ditambah, sebagian kalangan mengatakan hal itu sangat memberatkan siswa namun hal itu tetap memberikan dampak positif bagi pendidikan di Indonesia karena dengan kebijakan tersebut pihak guru, sekolah dan orang tua siswa harus benar-benar memperhatikan kesiapan siswa dalam menghadapi UAN.

Arsip Blog